Kamis, 20 Juni 2013

Banjarnegara Kota Tercinta

 BANJARNEGARA
INI adadlah TANAH KELAHIRANKU,SAYA INGIN SAHABAT BISA MENGENAL KOTA TERCINTAKU… THIS IS BANJARNEGARA……
MONGGO………………………………………….
KABUPATEN BANJARNEGARA, adalah sebuah kabupaten di Propinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibukotanya namanya juga Banjarnegara. Kabupaten Banjarnegara terletak di antara 7° 12′ – 7° 31′ Lintang Selatan dan 109° 29′ – 109° 45’50″ Bujur Timur. Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah 106.970,997 ha atau 3,10 % dari luas seluruh Wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang di Utara, Kabupaten Wonosobo di Timur, Kabupaten Kebumen di Selatan, dan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purbalingga di Barat.

Geografi

Bentang alam berdasarkan bentuk tata alam dan penyebaran geografis, wilayah ini dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
  • Zona Utara, adalah kawasan pegunungan yang merupakan bagian dari Dataran Tinggi Dieng, Pegunungan Serayu Utara. Daerah ini memiliki relief yang curam dan bergelombang. Di perbatasan dengan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang terdapat beberapa puncak, seperti Gunung Rogojembangan dan Gunung Prahu. Beberapa kawasan digunakan sebagai obyek wisata, dan terdapat pula tenaga listrik panas bumi. Pada sebelah utara meliputi Kecamatan : Kalibening, Pandanarum, Wanayasa, Pagentan, Pejawaran, Batur, Karangkobar, Madukara
  • Zona Tengah, merupakan zona Depresi Serayu yang cukup subur. Bagian wilayah ini meliputi Kecamatan : Banjarnegara, Madukara,Ampelsari, Bawang, Purwanegara, Mandiraja, Purworejo Klampok, Susukan, Wanadadi, Banjarmangu, Rakit
  • Zona Selatan, merupakan bagian dari Pegunungan Serayu, merupakan daerah pegunungan yang berrelif curam. Meliputi Kecamatan : Pagedongan, Banjarnegara, Sigaluh, Mandiraja, Bawang, Susukan

Topografi

Topografi wilayah ini sebagian besar (65% lebih) berada di ketinggian antara 100 s/d 1000 meter dari permukaan laut. Secara rinci pembagian wilayah berdasarkan topografi.
  • Kurang dari 100 m dari permukaan air laut, meliputi luas 9,82 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, meliputi Kecamatan Susukan dan Purworejo Klampok, Mandiraja, Purwanegara dan Bawang.
  • Antara 100 – 500 m dari permukaan air laut, meliputi luas 37,04 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, meliputi Punggelan, Wanadadi, Rakit, Madukara, sebagian Susukan, Mandiraja, Purwanegara, Bawang, Pagedongan, Banjarmangu dan Banjarnegara.
  • Antara 500 -1.000 m dari permukaan air laut, meliputi luas 28,74% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, meliputi Kecamatan Sigaluh, sebagian Banjarnegara, Pagedongan dan Banjarmangu.
  • Lebih dari 1.000 m dari permukaan air laut, meliputi luas 24,40% dari seluruh wilayah Kabupaten Banjarnegara meliputi Kecamatan Pejawaran, Batur, Wanayasa, Kalibening, Pandanarum, Karangkobar dan Pagentan.
Sungai Serayu mengalir menuju ke Barat, serta anak-anak sungainya termasuk Kali Tulis, Kali Merawu, Kali Pekacangan, Kali Gintung dan Kali Sapi. Sungai tersebut dimanfaatkan sebagai sumber irigasi pertanian.
Wilayah kabupaten Banjarnegara memiliki iklim tropis, dengan curah hujan rata-rata 3.000 mm/tahun, serta suhu rata-rata 20°- 26° C.

Pembagian administratif

Kabupaten Banjarnegara terdiri atas 20 kecamatan, yang dibagi lagi atas 266 desa dan 12 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Banjarnegara, untuk Kecamatan Terluas adalah Kecamatan Punggelan yang juga memiliki penduduk terbanyak.
Kota-kota kecamatan yang cukup signifikan adalah: Mandiraja, Wanadadi, Karangkobar dan Klampok.

Sejarah

Dalam perang Diponegoro, R.Tumenggung Dipoyudo IV berjasa kepada pemerintah mataram, sehingga di usulkan oleh Sri Susuhunan Pakubuwono VII untuk di tetapkan menjadi bupati banjar berdasarkan Resolutie Governeor General Buitenzorg tanggal 22 agustus 1831 nomor I, untuk mengisi jabatan Bupati Banjar yang telah dihapus setatusnya yang berkedudukan di Banjarmangu dan dikenal dengan Banjarwatulembu. Usul tersebut disetujui.
Persoalan meluapnya Sungai Serayu menjadi kendala yang menyulitkan komunikasi dengan Kasunanan Surakarta. Kesulitan ini menjadi sangat dirasakan menjadi beban bagi bupati ketika beliau harus menghadiri Pasewakan Agung pada saat-saat tertentu di Kasultanan Surakarta. Untuk mengatasi masalah ini diputuskan untuk memindahkan ibukota kabupaten ke selatan Sungai Serayu. Daerah Banjar (sekarang Kota Banjarnegara) menjadi pilihan untuk ditetapkan sebagai ibukota yang baru. Kondisi daerah yang baru ini merupakan persawahan yang luas dengan beberapa lereng yang curam. Di daerah persawahan (Banjar) inilah didirikan ibukota kabupaten (Negara) yang baru sehingga nama daerah ini menjadi Banjarnegara (Banjar : Sawah, Negara : Kota).
R.Tumenggung Dipoyuda menjabat Bupati sampai tahun 1846, kemudian diganti R. Adipati Dipodiningkrat, tahun 1878 pensiun. Penggantinya diambil dari luar Kabupaten Banjarnegara. Gubermen (pemerintahan) mengangkat Mas Ngabehi Atmodipuro, patih Kabupaten Purworejo(Bangelan) I Gung Kalopaking di panjer (Kebumen) sebagai penggantinya dan bergelar Kanjeng Raden Tumenggung Jayanegara I. Beliau mendapat ganjaran pangkat “Adipati” dan tanda kehormatan “Bintang Mas” Tahun 1896 beliau wafat diganti putranya Raden Mas Jayamisena, Wedana distrik Singomerto (Banjarnegara) dan bergelar Kanjeng Raden Tumenggung JayanegaraII. Dari pemerintahan Belanda Raden Tumenggung Jayanegara II mendapat anugrah pangkat “Adipati Aria” Payung emas Bintang emas besar, Officer Oranye. Pada tahun 1927 beliau berhenti, pensiun. Penggantinya putra beliau Raden Sumitro Kolopaking Purbonegoro, yang juga mendapat anugrah sebutan Tumenggung Aria, beliau keturunan kanjeng R. Adipati Dipadingrat, berarti kabupaten kembali kepada keturunan para penguasa terdahulu. Diantara para Bupati Banjarnegara, Arya Sumitro Kolopaking yang menghayati 3 jaman, yaitu jaman Hindia Belanda, Jepang dan RI, dan menghayati serta menangani langsung Gelora Revolusi Nasional (1945 – 1949). Ia mengalami sebutan “Gusti Kanjeng Bupati”, lalu “Banjarnegara Ken Cho” dan berakhir “Bapak Bupati”. Selanjutnya yang menjadi Bupati setelah Raden Aria Sumtro Kolopaking Purbonegoro ialah : R. Adipati Dipadiningrat (1846-1878)
  • Mas Ngabehi Atmodipuro (1878-1896)
  • Raden Mas Jayamisena (1896-1927)
  • Raden Sumitro Kolopaking Purbonegoro (1927-1949)
  • Raden Sumitro, Tahun 1949 – 1959.
  • Raden Mas Soedjirno, Tahun 1960 – 1967.
  • Raden Soedibjo, Tahun 1967 – 1973.
  • Drs. Soewadji, Tahun 1973 – 1980.
  • Drs.H. Winarno Surya Adisubrata, Tahun 1980 – 1986.
  • H. Endro Soewarjo, Tahun 1986 – 1991.
  • Drs.H.Nurachmad, Tahun 1991 – 1996.
  • Drs.H.Nurachmad, tahun 1996 – 2001.
  • Drs.Ir. Djasri, MM, MT dan Wabup : Drs. Hadi Supeno, Msi, tahun 2001-2006
  • Drs.Ir. Djasri, MM, MT dan Wabup : Drs. Soehardjo. MM, tahun 2006-2011
  • Sutedjo dan Wabup : Hadi Supeno tahun 2011-2016
BANJARNEGARA 2013 sekarang di pimpin oleh seorang Bupati dan wakil bupati :
BIODATA BUPATI BANJARNEGARA KE – 15
PERIODE 2011-2016
http://www.jatengnews.com/wp-content/uploads/2012/02/bupati-banjarnegara-slamtomo.jpg
Nama                   : H. SUTEDJO SLAMET UTOMO, SH, M.Hum
Tempat/Tgl. Lahir : Banjarnegara, 14 Februari 1954
Nama Orang Tua : Setradiwirya dan Supinah
Nama Istri           : Hj. Anggit Andayani
Anak :
1. Eko Adhy Nugroho
2. Try Prasetyo Wibowo
Riwayat Pendidikan :
  • SD : SD N Kertayasa, Kec. Mandiraja Tahun 1967
  • SMP : SMP N Mandiraja Tahun 1970
  • SMA : SMA N Banjarnegara Tahun 1973
  • S1 : Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Tahun 1980
  • S2 : Ilmu Hukum Universitas Gajah Mada Tahun 2003
Riwayat Pekerjaan :
  • Auditor atau Pemeriksa pada Inspektorat Jenderal Departemen Dalam Negeri
  • Inspektorat Banding Bidang Kesejahteraan Sosial pada Irwil I
  • Sekretaris Daerah Kabupaten Banjarnegara
  • Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia
Prestasi Yang Pernah Diraih :
  • Pemegang Penghargaan dari Presiden Satya Lencana Karya Satya 20 Tahun
Hobby :
    • Olah Raga
    • Bertani
BIODATA WAKIL BUPATI BANJARNEGARA  PERIODE 2011-2016
 Wakil-Bupati-Banjarnegara-Hadi-Supeno.jpg
Nama                   : Drs. H. HADI SUPENO, M.Si
Tempat/Tgl. Lahir : Banjarnegara, 14 April 1959
Nama Orang Tua : H. Radija Dwidjosiswojo dan Bunda Sukesi
Nama Istri           : Hj. Sakinatun
Anak :
1. Adam Mega Tiarawan
2. Sarah Matari
3. Bumi Hera Rihlatu
Riwayat Pendidikan :
  • SD : SD N Beji Tahun 1972
  • SMP : SMP Persiapan Banjarmangu Tahun 1975
  • SMA : SPG N Banjarnegara Tahun 1979
  • S1 : FIP IKIP Yogyakarta Tahun 1985
  • S2 : Magister Administrasi Publik /Kebijakan Publik Universitas Gajah Mada Tahun 2001
  • Program Pendidikan Reguler Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Angkatan ke-42 Tahun 2008
Riwayat Pekerjaan
  • Guru Sekolah Dasar di Kalasan, Yogyakarta
  • Guru SPG Muhammadiyah Borobudur
  • Kepala SMA Muhammadiyah Grabag Magelang
  • Dosen dan Kepala Biro Kemahasiswaan di Universitas Muhammadiyah Magelang
  • Kepala Sub Dinas SLTP dan SLTA Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Dinas Pendidikan) Kabupaten Magelang
  • Wartawan lepas untuk Harian Sore “Wawasan” Semarang dan Majalah “Jakarta-Jakarta”
  • Wakil Bupati Banjarnegara Periode 2001-2006
  • Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
Hobby :   Musik, Olah Raga, Membaca dan Menulis
Training/ pelatihan yang pernah diikuti :
  • Pendidikan di Lemhannas PPRA Angkatan ke-42 tahun 2008, dengan melakukan Studi Strategis Dalam Negeri di Sulawesi Tengah, dan Sudi Strategis Luar Negeri di Jepang.
  • Perburuhan/ketenagakerjaan di Geneva Swiss (1994)
  • Studi Strategis Pemerintahan Jepang (2008)
  • Belajar tentang Model Peradilan Anak di Malaysia (2010)
PROFIL BANJARNEGARA

Sejarah

Dalam perang Diponegoro, R.Tumenggung Dipoyudo IV berjasa kepada pemerintah mataram, sehingga di usulkan oleh Sri Susuhunan Pakubuwono VII untuk di tetapkan menjadi bupati banjar berdasarkan Resolutie Governeor General Buitenzorg tanggal 22 agustus 1831 nomor I, untuk mengisi jabatan Bupati Banjar yang telah dihapus setatusnya yang berkedudukan di Banjarmangu dan dikenal dengan Banjarwatulembu. Usul tersebut disetujui.
Persoalan meluapnya Sungai Serayu menjadi kendala yang menyulitkan komunikasi dengan Kasunanan Surakarta. Kesulitan ini menjadi sangat dirasakan menjadi beban bagi bupati ketika beliau harus menghadiri Pasewakan Agung pada saat-saat tertentu di Kasultanan Surakarta. Untuk mengatasi masalah ini diputuskan untuk memindahkan ibukota kabupaten ke selatan Sungai Serayu.
Daerah Banjar (sekarang Kota Banjarnegara) menjadi pilihan untuk ditetapkan sebagai ibukota yang baru. Kondisi daerah yang baru ini merupakan persawahan yang luas dengan beberapa lereng yang curam. Di daerah persawahan (Banjar) inilah didirikan ibukota kabupaten (Negara) yang baru sehingga nama daerah ini menjadi Banjarnegara (Banjar : Sawah, Negara : Kota).
R.Tumenggung Dipoyuda menjabat Bupati sampai tahun 1846, kemudian diganti R. Adipati Dipodiningkrat, tahun 1878 pensiun. Penggantinya diambil dari luar Kabupaten Banjarnegara.
Gubermen (pemerintahan) mengangkat Mas Ngabehi Atmodipuro, patih Kabupaten Purworejo(Bangelan) I Gung Kalopaking di panjer (Kebumen) sebagai penggantinya dan bergelar Kanjeng Raden Tumenggung Jayanegara I. Beliau mendapat ganjaran pangkat “Adipati” dan tanda kehormatan “Bintang Mas”
Tahun 1896 beliau wafat diganti putranya Raden Mas Jayamisena, Wedana distrik Singomerto (Banjarnegara) dan bergelar Kanjeng Raden Tumenggung JayanegaraII.
Dari pemerintahan Belanda Raden Tumenggung Jayanegara II mendapat anugrah pangkat “Adipati Aria” Payung emas Bintang emas besar, Officer Oranye. Pada tahun 1927 beliau berhenti, pensiun. Penggantinya putra beliau Raden Sumitro Kolopaking Purbonegoro, yang juga mendapat anugrah sebutan Tumenggung Aria, beliau keturunan kanjeng R. Adipati Dipadingrat, berarti kabupaten kembali kepada keturunan para penguasa terdahulu. Diantara para Bupati Banjarnegara, Arya Sumitro Kolopaking yang menghayati 3 jaman, yaitu jaman Hindia Belanda, Jepang dan RI, dan menghayati serta menangani langsung Gelora Revolusi Nasional (1945 – 1949).
Ia mengalami sebutan “Gusti Kanjeng Bupati“, lalu “Banjarnegara Ken Cho” dan berakhir “Bapak Bupati“. Selanjutnya yang menjadi Bupati setelah Raden Aria Sumtro Kolopaking Purbonegoro ialah :
1. R. Sumitro, Tahun 1949 – 1959.
2. R. Mas Soedjirno, Tahun 1960 – 1967.
3. R. Soedibjo, Tahun 1967 – 1973.
4. Drs. Soewadji, Tahun 1973 – 1980.
5. Drs.H. Winarno Surya Adisubrata, Tahun 1980 – 1986.
6. H. Endro Soewarjo, Tahun 1986 – 1991.
7. Drs.H.Nurachmad, Tahun 1991 – 1996.
8. Drs.H.Nurachmad, Tahun 1996 – 2001.
9. Drs.Ir. Djasri, MM, MT dan Wabup : Drs. Hadi Supeno, Msi, Tahun 2001-2006
10. Drs.Ir. Djasri, MM, MT dan Wabup : Drs. Soehardjo. MM, Tahun 2006-20011
11. H. Sutedjo Slamet Utomo, SH, M.Hum dan Wabup : Drs. Hadi Supeno. M.Si, Tahun 2011-20016

Lambang

Tanggal 17 Agustus 1967 merupakan tanggal bersejarah bagi rakyat Banjarnegara yang ditandai pembukaan selubung Lambang Daerah Kabupaten Banjarnegara oleh Bupati Banjarnegara ke-7, M.Soedjirno, di ruang sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong (DPRDGR), setelah disyahkan DPRDGR Kabupaten Banjarnegara 11 Agustus 1967.
LAMBANG Daerah itu “diukir” oleh panitia khusus DPRDGR, ditambah gambar dari pemenang kedua dan pemenang harapan “Sayembara Lambang“. terdiri dari: R. soenardi (Ketua merangkap anggota), Moh. Kosim (Wakil ketua merangkap anggota), Soetarno (anggota), dan Soedijono Tjokrosapoetra (anggota), dan Marchaban Mangunhardjo (anggota). Panitia khusus tersebut dibentuk berdasarkan Surat Keputusan DPRDGR Banjarnegara No. 145/17/DPRDGR-66 tertanggal 9 Desember 1966.

Arti Lambang

BENTUK, ISI DAN WARNA
Ps. (1) Bentuk pokok dari pada Lambang Daerah Kabupaten Banjarnegara merupakan sebuah perisai yang bergayakan (ngestijleerd) berwarna dasar hijau dengan pelisir berwarna kuning emas.
Ps. (2) Pada perisai tersebut terlukis 12 macam benda alam / bangunan yang tata letaknya tersusun secara artistik terdiri dari :

a) Sebuah segi lima yang seperempat bagian kanan dan kiri bawah berwarna merah, sedang seperempat bagian kiri atas dan kanan bawah berwarna putih ;

b) Setangkai padi berisi 17 butir berwarna kuning emas disebelah kanan segi lima ;

c) Serangkai 8 buah kapas yang terbuka penuh berwarna putih disebelah kiri segi lima ;

d) Sebuah bintang sudut lima berwarna kuning emas ;

e) Sebatang pohon beringin : daunnya berwarna hijau serta berakar gantung sebanyak 8 buah ; batangnya dengan 5 buah akar berwarna coklat muda ;

f) Sebuah keris tak berukel, berwarna hitam ;

g) Sederetan pegunungan berwarna biru muda ;

h) Sederetan daerah hutan berwarna hijau ;

i) Syphon ( suling saluran air ) berwarna hitam dengan 6 buah cincin yang membagi suling saluran air ini atas 7 buah bagian / ruas ;

j) ?Bidang tanah, diatas mana pohon beringin berdiri : disebelah atas Syiphon berwarna hijau ; disebelah bawah Syiphon merupakan petak – petak / tingkat – tingkat berwarna coklat ;

k) Air sungai berwarna biru muda dengan 3 jalur gelombangnya berwarna putih ;

l) Sehelai selendang dibawah segi lima berwarna kuning emas, diatas dimana tercantum nama “BANJARNEGARA” dengan tulisan hitam ;
MAKNA, BENTUK, ISI DAN WARNA LAMBANG (Ps. 3)
( 1 ) Perisai dan keris melambangkan jiwa kepahlawanan dan kesatriaan rakyat Banjarnegara ;
( 2 ) Segi lima yang berdiri tegak, melambangkan watak kepribadian serta jiwa persatuan dan kesatuan rakyat Banjarnegarayang berlandaskan Pancasila ;
( 3 ) a. Bintang melambangkan kepercayaan beragama yang kuat ;

b. Pohon beringin melambangkan tradisi yang baik dari Pemerintahan rakyat Banjarnegara ;
( 4 ) Syphon, petak-petak tanah (tanah persawahan yang bertingkat-tingkat) melambangkan daya cipta yang besar dengan nilai-nilai kebudayaan khas dari rakyat Banjarnegara ;
( 5 ) Pegunungan dengan hutan-hutannya melambangkan keadaan alam daerah Banjarnegara dengan bermacam-macam kekayaannya sebagai sumber kehidupan rakyat ;
( 6 ) Air sungai dengan 3 jalur gelombang melambangkan sungai serayu yang mengalir di sepanjang daerah Kabupaten Banjarnegara dengan 3 macam peggunaan airnya, yaitu untuk PERTANIAN, PERIKANAN, dan INDUSTRI;
( 7 ) Bidang tanah tempat berdiri pohon beringin yang berwarna hijau melambangkan kesuburan tanah pada umumnya di daerah Banjarnegara ;
( 8 ) Bidang-bidang berwarna merah dan putih di dalam segi lima menandakan daerah Kabupaten Banjarnegara sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia ;
( 9 ) Warna hijau dari pada perisai yang dibatasi oleh pelisir kuning, dimana terbentang :

a. Selendang dengan tulisan “BANJARNEGARA” ;

b. Padi dan Kapas : Mengkiaskan hari depan yang gemilang bagi rakyat Banjarnegara menuju masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Arti Lambang

SESANTI / SURYA SENGKALA
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banjarnegara Nomor 11 Tahun 1988 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tentang Lambang Daerah.
Sesanti tersebut berbunyi :
“WANI MEMETRI RAHAYUNING PRAJA”
Yang mempunyai makna : Segenap Warga Daerah Banjarnegara bertekad bulat melestarikan kemakmuran menuju kebahagiaan lahir bathin bagi rakyat dan pemerintahannya.
Sumber : HUMAS SETDA Banjarnegara
Visi dan Misi
I      VISI
“TERWUJUDNYA MASYARAKAT YANG MANDIRI DAN BERDAYA SAING, MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA YANG BERAAKHLAK MULIA”
II    MISI
Misi Pemerintahan Kabupaten Banjarnegara 2011-2016  adalah:
  1. Mewujudkan Peningkatan Kesejahteraaan Masyarakat Melalui Pembangunan Berbasis Pertanian dan Potensi Lokal Yang Berdaya Saing.
  2. Mewujudkan Penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik.
  3. Mewujudkan Kondisi Aman, Damai, Demokratis dan Religius.
  4. Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan.
  5. Mewujudkan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dengan Prioritas Penegakan Hukum, Penghargaan Hak Asasi Manusia, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
  6. Mewujudkan Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Pengembangan Seni Budaya, Penghargaan Tradisi dan Kearifan Lokal.
Banjarnegara adalah salah satu Kabupaten di Jawa Tengah bagian barat dengan luas wilayah 106,970,99 Ha,terdiri dari 20 Kecamatan 253 Desa dan 12 Kelurahan. Jumlah Penduduk Kabupaten Banjarnegara terdiri dari Laki-laki :  Orang dan Wanita Orang.

Batas-batas
Sebelah Utara : Kab. Pekalongan dan Kab. Batang
Sebelah Timur : Kab. Wonosobo
Sebelah Selatan : Kab. Kebumen
Sebelah Barat : Kab. Purbalingga dan Kab. Banyumas
Gambaran umum wilayah Kabupaten Banjarnegara terdiri dari 3 Zona yaitu :
Zona Utara :
Merupakan wilayah pegunungan yang lebih di kenal dengan pegunungan
Kendeng Utara, rona alamnya bergunung berbukit, bergelombang dan curam.
Potensi utamanya adalah sayur mayur, kentang, kobis, jamur, teh, jagung,
kayu, getah pinus, sapi kereman, kambing dan domba.Juga pariwisata dan
tenaga listrik panas bumi di dataran tinggi Dieng.
Zona Tengah :
Merupakan dataran lembah sungai Serayu. Rona alamnya relatif datar dan
subur. Potensi utamanya adalah padi, palawija, buah-buahan, ikan, home
industri, PLTA Mrica, keramik dan anyam-anyaman bambu.
Zona Selatan :
Merupakan pegunungan kapur dengan nama pegunungan Serayu Selatan. Rona
alamnya bergunung, bergelombang dan curam. Potensi utamanya adalah
ketela pohon, gula kelapa, bamboo. getah pinus, damar dan bahan mineral
meliputi : marmer, pasir kwarsa, feld spart, asbes, andesit, pasir dan
kerikil. Buah-buahan : duku, manggis, durian, rambutan, pisang dan
jambu.
Kabupaten Banjarnegara mempunyai luas wilayah 1.064,52 km persegi, terbagi menjadi 20 Kecamatan, 12 Kelurahan dan 253 Desa. Terletak antara 712′ sampai 731′ Lintang Selatan dan 231′ sampai 308′ Bujur Timur.
Ketinggian Wilayah
Ketinggian tempat pada masing-masing wilayah umumnya tidak sama yaitu antara 40-2.300 meter dpl dengan perincian kurang dari 100 meter (9,82%), antara 100-500 meter (28,74%) dan lebih dari 1000 (24,40%). Menurut kemiringan tanahnya maka 24,61% dari luas wilayah mempunyai kemiringan 0-15% dan 45,04 dari luas wilayah mempunyai kemiringan antara 15-40% sedangkan yang 30,35% dari luas wilayahnya mempunyai kemiringan lebih dari 40%.
Pengairan
Sebagai daerah yang sebagian besar (lebih kurang 60%) berbentuk pegunungan dan perbukitan, terdapat sungai yang besar yaitu Sungai Serayu dengan anak-anak sungainya : Kali Tulis, Kali Merawu, Kali Pekacangan, Kali Gintung dan Kali Sapi. Dimanfaatkan sebagai sumber pengairan yang dapat mengairi areal sawah seluas 9.813,88 hektar, rata-rata bulan basah pada umumnya lebih banyak dari bulan kering dengan curah hujan rata-rata 3.000 milimeter/tahun, sedangkan temperatur daerah rata-rata 20-26 C.
Pertanahan
Menurut jenis tanahnya maka :
- 66,25% : tanah latosol
- 11,72% : tanah grumosol
- 14,5% : tanah andosol
- 7,53% : tanah lainnya.
Tanah Alluvial : Batur, Karangkobar, Pwj Klampok & Wanadadi.
Tanah Latosol : Susukan, Pwj Klampok, Purwonegoro, Wanadadi, Rakit, Bawang, Sigaluh, Madukara, Banjarnegara, Wanayasa, Pejawaran & Pagentan.
Tanah Andosol : Kalibening, Wanayasa, Pejawaran & Batur.
Tanah Grumosol : Purwonegoro, Mandiraja, Kalibening, Karangkobar, Pagentan & Banjarnegara.
Tanah Organosol : Batur.
Tanah Litosol : Banjarnegara & Punggelan.
LETAK GEOGRAFIS
Dari luas wilayah 1.064,52 km persegi atau 106,452 hektar maka pola penggunaan tanahnya dapat dibedakan sebagai berikut : tanah sawah 19.389,69 hektar (18,17%) yang dibagi :
- Berpengairan teknis 6.745,58 hektar (6,32%)
- Berpengairan setengah teknis 969,02 hektar (0,70%)
- Berpengairan sederhana 5.647,82 hektar (5,29%)
- Tadah hujan 6.027,48 hektar (5,65%).
- Tanah Kering : 50.325,81 hektar (47,17%)
- Tanah Kolam : 343,97 hektar (0,32)
- Tanah Perkebunan Rakyat : 156,89 hektar (0,15%)
- Tanah Hutan : 16.608,97 hektar (15,57%)
- Tanah lainnya : 19.626,67 hektar (18,43%)
Dari keadaan geologisnya pada umumnya terlihat struktur batuan yang ada di Kab. Banjarnegara adalah struktur batuan berbentuk lapisan dengan kondisi batuan mudah longsor dan banyak sesar/patahan terutama di wilayah bagian utara sehingga cukup membahayakan bangunan fisik/prasarana.

Adat Istiadat

Budaya dan adat istiadat rakyat Banjarnegara, merupakan bagian yang ada di lingkungan budaya Banyumas, dimana masyarakat di daerah ini umumnya mempunyai budaya “manutan” sehingga mereka mudah mengikuti apa yang dikatakan oleh para pemimpin, baik pemimpin formal maupun informal.
Mereka juga memperlihatkan loyalitas tinggi sebagai warga masyarakat dan tebal nasionalismenya. Di dalam kehidupan ekonomi nampak sekali kecenderungan mereka untuk bersikap dan samadya (menerima apa adanya, realistis dan tidak ambisius), sikap ini tercermin pada mata pencaharian mereka yang cenderung kurang dinamik (pegawai Negeri ataupun petani).
Di kalangan mereka tidak berkembang mentalitas usahawan atau pedagang yang mengutamakan produktivitas dan efisiensi, tolok ukur keberhasilan orang tidak didasarkan pada harta/kekayaan sebagai bukti prestasinya, namun dilihat dari toleransi atau kegotong royongan. Ungkapan mereka tega warase ora tega larane, tega larane ora tega patine, mencerminkan toleransi/kesetiakawanan yang tinggi, dan ojodumeh mengisyaratkan keinginan untuk hidup jujur, rukun dan sederhana/tidak sombong jika sedang berkuasa. Pendek kata mereka hidup dengan falsafah sederma nglakoni (sekedar menjalani hidup). Di samping itu masih berakar kuat adat istiadat Jawa yang bernafaskan ke Islaman, mereka masih percaya akan hari baik/buruk dan umumnya masih melakukan berbagai upacara ritual sebagai warisan nenek moyang yang sepantasnya dihormati.
Sementara itu berkembang pula aliran kepercayaan yang disana sini nampak luluh/menyatu dengan kehidupan agama.
Sarana dan Prasarana
1. Perdagangan

Jumlah Pasar di Kabupaten Banjarnegara tercatat 23 yang terdiri dari Pasar Umum 20, Pasar Hewan 2 dan Pasar Buah 1.


2. Koperasi

Koperasi memegang peranan penting dalam perekonomian kerakyatan khususnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Jumlah Koperasi di Kabupaten Banjarnegara tercatat 293 Koperasi. Jenis Koperasi terbanyak yaitu Koperasi Untuk lebih menggerakkan kehidupan berkoperasi bantuan modal dari pemerintah sangat dibutuhkan terutama dari kredit BUMN.


3. Pendidikan dan Kebudayaan

Banyaknya Sekolah di Kabupaten Banjarnegara dari TK sampai dengan SLTA sebanyak 1.370 sekolah. Sektor pendidikan sangat diperhatikan mengingat pentingnya untuk menyiapkan sumber daya manusia yang handal, dan diharapkan dapat membangun daerahnya.


4. Kesehatan dan KB

Sarana dan Prasarana sangat dibutuhkan sebagai upaya dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya dalam peranannya untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia.
Di Kabupaten Banjarnegara tempat pelayanan kesehatan tersebar merata di seluruh Kecamatan, baik itu Puskesmas, Pos Obat Desa, Pondok Bersalin (Polindes) dan Posyandu.




5. Panjang Jalan

Panjang jalan Kabupaten tercatat sepanjang 710,747 Km2. pembangunan sarana jembatan dan jalan terus diupayakan untuk memperlancar transportasi warga.


6. Angkutan Darat

Kendaraaan bermotor merupakan sarana transportasi yang penting di Kabupaten Banjarnegara seiring dengan peningkatan taraf hidup masyarakat. Jumlah kendaraan bermotor meningkat dari tahun ke tahun baik itu kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat.


7. Pos

Sarana perhubungan dan komunikasi khususnya jasa Pos sangat diperlukan untuk segala jenis kegiatan. Pembangunan sarana kantor Pos di upayakan di tiap kecamatan.


8. Hotel dan Pariwisata

Jumlah Hotel di Kabupaten Banjarnegara sebanyak 9 yang semuanya merupakan Hotel Non Bintang. Lokasi hotel berada di kecamatan kota yaitu Kecamatan Banjarnegara.
Sumber : DINAS INDAGKOP, DIKNAS, DISKES, DPU, DISHUPAR Banjarnegara

Pemerintahan

Pembagian Daerah Administrasi.
Luas tanah 1.069,71 Km2 dengan pusat pemerintahan di kota Banjarnegara, yang telah terbagi dalam 20 Kecamatan yang meliputi 12 Kelurahan dan 253 Desa.
Adapun pembagian menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan sebagai berikut :
Kecamatan
Jumlah Desa
Jumlah Kelurahan



1. Susukan
2. Purworejo /Klp.
3. Mandiraja
4. Purwonegoro
5. Bawang
6. Banjarnegara
7. Sigaluh
8. Madukara
9. Banjarmangu
10. Wanadadi
11. Rakit
12. Punggelan
13. Karangkobar
14. Wanayasa
15. Kalibening
16. Batur
17. Pagentan
18. Pejawaran
19. Pagedongan
20. Pandanarum
15
8
16
13
18
-
15
17
17
9
11
17
12
12
15
8
15
17
9
9
-
-
-
-
-
9
1
3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Sumber : Kantor SETDA Banjarnegara
SEMBOYAN TEKAT RAKYAT BANJARNEGARA
Berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat II Banjarnegara Nomor 21 Tahun 1990 Tentang semboyan kehidupan masyarakat Kabupaten Daerah Tingkat II Banjarnegara berbunyi “BANJARNEGARA GILAR – GILAR“.
Yang didalamnya mengandung 9 (sembilan) aspek kehidupan yang hendak dicapai yaitu :

a. Bersih
b. Tertib
c. Teratur
d. Indah
e. Aman
f. Nyaman
g. Tenteram
h. Sopan
i. Sehat







Tidak ada komentar :

Posting Komentar